5 Alasan Barang Mewah Bekas Kini Banyak Dicari oleh Konsumen

Rahmat Jiwandono
Senin 04 November 2024, 20:23 WIB
Ilustrasi barang mewah tas Goyard. (Sumber: Goyard)

Ilustrasi barang mewah tas Goyard. (Sumber: Goyard)

Techverse.asia - Dalam beberapa tahun ke belakang, pasar barang mewah mengalami perubahan yang mencolok. Hal ini ditandai dengan popularitas barang mewah bekas yang semakin moncer. Pertumbuhan tersebut bisa terjadi karena didorong beberapa faktor.

Pertama, barang mewah bekas pada umumnya ditawarkan dengan harga yang lebih ramah di kantong, sehingga lebih mudah dijangkau untuk banyak orang. Barang-barang ini biasanya unik, termasuk koleksi langka atau edisinya yang terbatas, yang tak bisa lagi ditemukan di toko, sehingga lebih eksklusif buat dimiliki.

Baca Juga: G-SHOCK Hadirkan Seri G-STEEL GM700 Berlapis Logam, Punya 3 Model Jam Tangan

Kedua, barang mewah bekas harganya lebih terjangkau, sehingga memungkinkan akses lebih luas ke merek ternama. Kerap kali, barang-barang itu termasuk item langka atau edisi terbatas, yang enggak dijual lagi di toko-toko, maka semakin eksklusif dan unik barangnya.

Ketiga, aspek keberlanjutan juga menjadi faktor krusial. Ini seiring dengan konsumen yang semakin aware dengan lingkungan. Membeli barang bakas dianggap sebagai upaya guna mengurangi limbah serta dampak kerusakan lingkungan atas fenomena fast fashion.

Keempat, ada pandangan bahwa punya barang dengan sejarah atau kisah tertentu menawarkan nilai emosional yang sering kali lebih menarik bila dibandingkan dengan membeli barang anyar.

Kelima, preferensi konsumen telah mengalami pergeseran yang disebabkan oleh persepsi tentang kemewahan, aksesbilitas terhadap barang mewah, dan dinamika sosial ekonomi yang ada di negara dengan ekonomi maju ataupun berkembang.

Baca Juga: JWX 2024 Segera Digelar, Ini Deretan Merek Jam Tangan Mewahnya

Adapun salah satu penggerak utama lonjakan demand untuk barang mewah preloved alias bekas yakni meluasnya definisi soal kemewahan itu sendiri. Kemewahan sering dihubungkan dengan keahlian dan eksklusivitas, namun kini juga meliputi pengetahuan, narasi, hingga layanan eksklusif.

Perluasan definisi itu telah mengubah cara manusia dalam melihat barang mewah. Kekinian, barang mewah tak lagi sebatas eksklusitivtas semata, namun juga cerita dan nilai tambah. Lantas hal ini membuat barang mewah bekas dinilai lebih menarik.

Barang mewah bekas pun tak cuma terjangkau dari segi harga, namun juga mencerminkan gaya hidup atau lifestyle yang berkelanjutan. Hal ini memungkinkan konsumen untuk menunjukkan identitas mereka lewat pilihan yang sadar serta bermakna.

Baca Juga: Dukung Keberlanjutan, Samsonite Hadirkan Program Tukar Tambah Koper

Barang-barang mewah juga kerap punya nilai yang sangat berharga saat kondisinya masih baru, akan tetapi kalau kondisinya sudah bekas, harganya dapat lebih rendah tanpa mengurangi kualitas produk itu sendiri dan prestise yang melekat pada brand tersebut.

Selain itu, untuk kebanyakan orang, membeli barang mewah bekas merupakan cara untuk mendukung keberlanjutan. Dengan demikian, konsumen merasa bahwa mereka turut andil dalam mengurangi limbah dan meminimalkan dampak lingkungan dari industri fesyen, yang dikenal sebagai salah satu industri yang paling mencemari lingkungan.

Untuk generasi muda utamanya, isu keberlanjutan menjadi isu yang penting dalam mengambil keputusan belanja mereka. Tak hanya faktor keberlanjutan dan ekonomi, membeli barang bekas juga memberikan kesempatan bagi konsumen guna menemukan barang yang unik, yang tak mudah ditemukan di toko biasa.

Itu terkait dengan tren individualisme dalam gaya berbusana seseorang, yang mana konsumen ingin tampil beda dan mencerminkan jati diri mereka lewat barang-barang yang mereka pilih.

Baca Juga: Laporan Mastercard Economics Institute: Konsumen Punya Dana Lebih untuk Belanja Barang Opsional

Barang mewah bekas kerap dianggap lebih eksklusif dan otentik sebab model atau edisinya mungkin sudah tak lagi diproduksi, sehingga bisa memberikan extra value bagi pembelinya. Selain itu, sejumlah konsumen juga merasakan ikatan emosional dengan barang-barang bekas, khususnya yang punya nilai sejarah atau nilai sentimental tertentu.

Hal ini menimbulkan rasa nostalgia dan kebanggaan tersendiri, seolah-olah mereka terhubung dengan masa lalu dan kisah di balik barang tersebut. Namun, meskipun terdapat banyak alasan positif, ada juga beberapa hambatan yang dihadapi konsumen, seperti stigma sosial atau kekhawatiran terhadap kebersihan dan kualitas barang bekas.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Startup06 Desember 2024, 19:15 WIB

Nex-BE Fest 2024: Mempertermukan Puluhan Startup dengan BUMN

Event ini juga termasuk upaya untuk menyinergikan startup dan BUMN.
Nex-BE Fest 2024. (Sumber: istimewa)
Automotive06 Desember 2024, 18:27 WIB

Dukung Elektrifikasi Pasar, Geely Auto Bermitra dengan Diler Indonesia

Kolaborasi ini menjadi langkah penting Geely dalam mengelektrifikasi pasar otomotif Indonesia.
Geely Auto resmi menjalin kerja sama dengan beberapa diler di Indonesia. (Sumber: dok. geely)
Startup06 Desember 2024, 18:13 WIB

Ringkas Resmi Berkantor di BSD City Tangerang, Perkaya Ekosistem Teknologi di Digital Hub

Kantor baru Ringkas di Biomedical Campus akan mendukung kantor pusat di Jakarta.
Ringkas kini berkantor di BSD City. (Sumber: istimewa)
Automotive06 Desember 2024, 17:59 WIB

New Honda PCX160 Mengaspal di Indonesia, Punya 3 Model

New Honda PCX160 mampu meningkatkan rasa percaya diri sekaligus menghadirkan kenyamanan kelas atas.
New Honda PCX160. (Sumber: Honda)
Techno06 Desember 2024, 16:55 WIB

Spotify Wrapped 2024 Sudah Tersedia, Siniarnya Kini Ditenagai NotebookLM

Hal ini akan merinci artis, lagu, podcast favorit, dan banyak lagi.
Spotify Wrapped 2024. (Sumber: Spotify)
Techno06 Desember 2024, 16:24 WIB

Samsung One UI 7 Beta Resmi Dilansir, Tawarkan Fitur-fitur Canggih

One UI 7 menawarkan platform dengan AI yang memiliki kontrol paling intuitif.
Samsung One UI 7. (Sumber: Samsung)
Techno06 Desember 2024, 15:17 WIB

Bitcoin Tembus Rp1 MIliar Lebih untuk Pertama Kalinya, Berlanjut Hingga 2025?

Yang terjadi saat ini bukan merupakan akhir dari siklus bullish yang terjadi.
ilustrasi bitcoin.
Techno06 Desember 2024, 14:37 WIB

Microsfot 365 Copilot Kini Dapat Memahami Konten dalam Bahasa Indonesia

Percepat Transformasi AI Nasional, Microsoft 365 Copilot Dukung Bahasa Indonesia.
Microsoft 365 Copilot kini tersedia dalam Bahasa Indonesia. (Sumber: istimewa)
Lifestyle05 Desember 2024, 20:17 WIB

Toko Pop-Up Pertama Autry di Singapura di Bandara Jewel Changi

Pengalaman Berbelanja yang Berkelanjutan dan Imersif.
Ilustrasi sepatu Autry. (Sumber: autry)
Techno05 Desember 2024, 18:15 WIB

Hitachi Vantara dan Virtana Merevolusi Cloud Hibrid dengan Otomatisasi yang Didukung AI

Integrasi Alat yang Didukung AI: Peningkatan efisiensi infrastruktur dan optimalisasi biaya.
Ilustrasi komputasi awan hybrid. (Sumber: null)