Setelah lebih dari dua tahun, YouTube kini mencabut penangguhannya terhadap akun Donald Trump, mantan presiden Amerika Serikat, sejak kerusuhan massa di Capitol AS.
Wakil presiden kebijakan publik, Leslie Miller, yang mengumumkan tentang ini.
"Mulai hari ini, saluran Donald J. Trump tidak lagi dibatasi dan dapat mengunggah konten baru," kata YouTube dalam pernyataannya, kami lansir dari The Guardian, Sabtu (18/3/2023).
"Kami dengan hati-hati mengevaluasi risiko berkelanjutan dari kekerasan dunia nyata, sambil menyeimbangkan kesempatan bagi pemilih untuk mendengar secara setara dari kandidat nasional utama menjelang pemilihan," lanjut dia.
"Channel ini akan terus tunduk pada kebijakan kami, sama seperti channel lainnya di YouTube", tegas Miller, kepada Axios, sebuah situs web berita Amerika Serikat yang berbasis di Arlington County, Virginia.
Seperti diketahui, pada 12 Januari 2021 YouTube mengatakan bahwa saluran Trump melanggar kebijakan situs tersebut; yang melarang menghasut kekerasan dan raksasa video tersebut menangguhkan salurannya untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Penangguhan saluran YouTube Donald Trump terjadi kurang dari sepekan setelah dia memuji dan mendorong massa pendukung yang menyerang US Capitol pada 6 Januari 2021, untuk mengganggu sertifikasi kemenangan pemilihan Presiden Biden.
Tak lama kemudian, CEO YouTube saat itu Susan Wojcicki mengatakan platform tersebut baru akan mencabut pembekuan di saluran Trump bila platform menentukan bahwa 'risiko kekerasan telah menurun'.
Bukan hanya oleh YouTube, Donald Trump juga diskors dari platform Meta, setelah peristiwa 6 Januari 2021. Singkatnya, di kala itu, massa pro-Trump dengan kasar menyerbu gedung Capitol, dalam upaya untuk menghentikan sertifikasi Joe Biden sebagai pemenang pemilihan presiden 2020.
Lewat merangkum berbagai sumber, kita mungkin masih mengingat, bahwa akun Trump dihapus dari Meta platform setelah Kerusuhan Capitol tersebut. Trump mengunggah klaim yang tidak berdasar bahwa pemilihan telah dicuri, memuji pengunjuk rasa yang semakin kejam dan mengutuk mantan wakil presiden Mike Pence, bahkan saat massa mengancam nyawanya.
Editor : Uli Febriarni