Techverse.Asia

Tabletop Game yang Diciptakan Dari 3D Printing

3D printing / Pixabay

Meski demikian kita tidak boleh meninggalkan pengalaman fisik yang memberikan informasi tentang mereka.

"Kita tidak boleh mengabaikan kemampuan untuk membalikkan digitalisasi. Sehingga kita mempertahankan kemampuan untuk berbagi kebangkitan digital dengan dunia fisik. Kami menyebutnya 'meta-reverse'," ujarnya.

Mereka ingin melihat hibridisasi dari bentuk-bentuk seni ini, melihat teknologi secara intuitif menambah tenaga kerja. Daripada paradigma baru, berkilau dan rapuh, yang menutupi paradigma yang sudah dicoba dan benar.

Selain itu Ziff juga mengingatkan jika perjanjian kontrak dapat membuat seniman, pelukis, dan penulis lepas kendali atas kreasi mereka.

"Kami benci melihatnya. Kami ingin kreator terus dikenal, selama karya mereka terlihat, dan agar mereka tetap dibayar atas dasar itu melalui bagi hasil," imbuhnya.

Untuk itu menurut Ziff, dibutuhkan tim yang terdiri dari orang-orang berbakat untuk menghidupkan game ini, tanpa mengecilkan peran siapapun di dalamnya.

Chief Creative Officer Privateer Press, Matt Wilson, telah melihat hal yang sama. Yakni, dengan kualitas render di luaran, perusahaan mereka telah memasuki sedikit kebangkitan.

"Dan pertumbuhan itu akan semakin cepat ketika biaya menurun, efisiensi menigkat, dan momentum dalam kumpulan komunitas. Saat ini, apa yang kami lakukan masih serupa dengan apa yang kami lakukan 20 tahun lalu. Tetapi tidak demikian dalam lima tahun," tambahnya.

Hanya saja ada masalah lain yang telah lama disadari oleh kolektor game tabletop, meskipun produksi terdesentralisasi membuatnya lebih relevan dari sebelumnya.

"Pencetakan 3D telah membuat pemalsuan menjadi lebih mudah," urainya.

Editor : Uli Febriarni