Techverse.Asia

Hindari Bencana Kelaparan 2050, Pakar Minta Pemerintah Dorong Pengembangan Sumber Daya Genetik Tanaman Pangan

padi di sawah (Sumber : freepik)

Produksi pangan nasional saat ini dan di masa mendatang, dihadapkan pada tantangan besar berupa kenaikan populasi penduduk di tengah produksi pangan yang cenderung stagnan.

Padahal, jumlah produksi pangan harus diupayakan setidaknya dua kali lipat dibandingkan dengan produksi pangan saat ini, untuk menghindari bencana kelaparan pada 2050.

Namun, sejumlah pakar dari sejumlah universitas di Indonesia sama-sama memandang, upaya pemerintah dalam mendorong peningkatan produksi pangan dihadapkan pada persoalan pelemahan daya dukung lingkungan.

Oleh karena itu, strategi pengembangan intensifikasi pertanian dan pengembangan material genetik baru untuk tanaman pangan sebagai terobosan untuk mengatasi ancaman bencana kelaparan.

Kepala Pusat Inovasi Agrotenologi (PIAT) Universitas Gadjah Mada (UGM), Taryono, mengatakan bahwa peningkatan produksi pangan dapat dilakukan melalui dua skenario; yaitu perluasan areal tanam atau ekstensifikasi dan optimalisasi operasional produksi atau intensifikasi.

"Namun demikian, skenario ekstensifikasi pada beberapa tahun ke depan terkendala akibat dari penguasaan lahan per petani yang terus menyempit," ujarnya, dalam laman universitas, yang kami akses pada Jumat (17/3/2023).

Taryono menyebutkan, pada 1960 rerata penguasaan lahan per petani yaitu 5.000 meter persegi. Kemudian pada 2020, penguasaan lahan per petani menurun signifikan jadi 2.000 meter persegi.

Berdasarkan atas kondisi tersebut, Taryono menilai diperlukan upaya pengembangan material genetik baru untuk jenis tanaman pangan. Hal itu tentunyadalam rangka mewujudkan peningkatan produksi pangan melalui skenario intensifikasi.

"Program pengembangan material genetik baru merupakan terobosan utama untuk memecah kebuntuan dalam skenario peningkatan produksi pangan," kata dia.

Menurutnya, bangsa Indonesia memerlukan upaya percepatan pemanfaatan sumber daya genetik Indonesia untuk mewujudkan material genetik baru tanaman pangan; yang lebih produktif dengan mutu hasil tinggi, tahan berbagai tekanan lingkungan abiotik dan tahan terhadap tekanan lingkungan biotik seperti hama, penyakit dan gulma.

Editor : Uli Febriarni